Cerita tentang Rhoma Irama seakan tidak ada habisnya. Selalu ada sisi kontroversi dari sang Raja Dangdut ini. Tapi satu hal yang menarik dari drama kehidupan bang Rhoma: Jika dulu dia membuat si ratu ngebor Inul Daratista menangis sesenggukan, kini giliran air matanya sendiri tumpah di hadapan publik.
Tangisan Inul bermula saat 2003 silam, saat Inul berseteru dengan Rhoma lantaran goyangannya dianggap porno. Dalam sebuah kesempatan, Rhoma Irama melabrak wanita asal Pejapanan, Pasuruan, Jatim ini. Kala itu Rhoma, memerintahkan kepada Inul untuk tidak melakukan "goyang ngebor" saat pentas.
Sebagai wanita kampung yang belum lama hijrah ke Jakarta, Inul tidak bisa berbuat apa-apa. Sadar yang memerintahkan agar tidak ngebor lagi adalah seorang legenda, Rhoma Irama, Inul cuma bisa menangis sesenggukan dan tak melawan.
Karuan saja, sikap 'arogansi' yang dilakukan Rhoma ini menuai simpati meluas dari masyarakat Indonesia kepada Inul. Banyak yang menilai, kemarahan Rhoma ini cuma sebagai dalih lantaran Rhoma dianggap kalah pamor dengan Inul. Tak tanggung-tanggung, Inul dibela oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid, kala itu.
Gus Dur sangat menyayangkan sikap Rhoma yang dinilainya berlebihan. Rhoma dianggap telah melakukan pemasungan terhadap kebebasan berekspresi seseorang. Padahal menurut Gus Dur, kebebasan berekspresi adalah bagian dari hak asasi.
"Kalau kita biarkan maka yang lainnya pun akan kena pasung. Tidak ada kebebasan berekspresi dalam bentuk apa pun yang boleh ditekan di negeri ini selama tidak melanggar Undang Undang (UU). Yang berhak menilai apakah Inul melanggar UU atau tidak, bukanlah Rhoma Irama. Tapi Mahkamah Agung," ungkap Gus Dur pada 29 April 2003 silam.
Gus Dur menyatakan, Inul sama sekali tidak melanggar UU. Karena itu, ia tetap berpendapat untuk mempertahankan mati-matian hak Inul untuk berekspresi. Pembelaan Gus Dur terhadap Inul lebih dikarenakan sikap penekanan seseorang terhadap kebebasan berekspresi orang lain.
Tiga tahun berselang, tepatnya pada 18 Januari 2006, Rhoma kembali membuat Inul menangis. Kalimat-kalimat pedas dilontarkan Rhoma kepada Inul saat keduanya hadir dalam rapat Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang-Undang (RUU) Antipornografi dan Pornoaksi di ruang Komisi VIII DPR. Saat itu, Pansus menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Forum Gabungan Masyarakat Antipornografi dan Pornoaksi, serta kalangan artis.
"Goyang ngebor Inul sudah termasuk bagian pornoaksi yang harus dilarang. Goyang sensasional itu tak boleh dilakukan karena menimbulkan keresahan dan syahwat penonton," kata Rhoma.
Dengan santai Rhoma lalu mengungkit lahi kisah lama soal perseteruannya dengan Inul tahun 2003, termasuk menyampaikan bantahan bahwa ia pernah meminta Inul bersujud di kakinya serta menyiramkan air. "Saat itu saya hanya tak ingin gerakan Inul seperti itu. Itu saja yang saya keberatan saat itu," kata Rhoma membela diri.
Saat disemprot Rhoma, Inul yang duduk tak jauh dari Rhoma hanya bisa menangis. Wanita yang bernama asli Ainur Rohimah tersebut tak henti-hentinya menghapus air matanya dengan tisu putih. Tak kuasa menahan sedih, Inul pun meninggalkan ruang rapat menuju kamar mandi ditemani penyanyi senior Titiek Puspa.
Dan kemarin, giliran si raja dangdut yang menangis sesengukan. Bukan karena disemprot balik sama Inul, tapi lantaran air mata Rhoma tumpah saat diperiksa Panwaslu DKI terkait isu SARA yang dituduhkan kepadanya saat ceramah di sebuah masjid beberapa waktu lalu.
Dalam keterangan persnya, Rhoma menceritakan kronologi ceramahnya di masjid daerah Jakarta Barat. Saat memberikan keterangan persnya itu, Rhoma berlinang air mata.
"Di sana saya mengucapkan sebuah ayat, yang bunyinya 'Bahwa orang beragama Islam dilarang untuk memilih nonmuslim menjadi pemimpin, dan hukuman bagi yang memilih pemimpin nonmuslim adalah menjadi musuh Allah," kata Rhoma di Panwaslu, Senin (6/8).
Menurut Rhoma, ceramahnya di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat adalah sebagai mubalig. "Saya di sana saya sebagai mubalig, dan masjid itu otonom dan masyarakat yang hadir homogen, dan untuk semua ulama wajib menyampaikan apa yang dipesan oleh Allah," kata Rhoma.
Di masa Pilkada, Rhoma menjelaskan, seorang pemuka agama harus menyampaikan ajaran dalam memilih seorang pemimpin. "Karena dalam pemilu, pesan-pesan untuk memilih pemimpin harus disampaikan," ujar dia.
Panwaslu DKI pun akhirnya memutuskan Rhoma tidak bersalah. Namun tangisan Rhoma ini seakan mengingatkan publik bahwa dia dulu juga pernah membuat orang lain menangis.
Sumber: http://www.jurnaldunia.com/2012/08/dulu-bikin-inul-menangis-kini-giliran.html